Sekolah Menulis Online

Sekolah-Menulis Online

Cara Dahsyat menjadi Penulis Hebat

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Jumat, 23 Maret 2012

SURAT TERBUKA UNTUK PARA KANDIDAT PESERTA PILKADA 2012

Bapak-Bapak sekalian, sebentar lagi Bapak-Bapak semua akan berlaga di ajang Pilkada DKI Jakarta di tahun 2012 ini.  Tentu saja Bapak-Bapak sekalian sudah mengetahui bahwa sesungguhnya kekuasaan itu adalah amanah dan tanggung jawab disamping tentu saja merupakan nikmat dan anugerah.  Kekuasaan adalah juga merupakan ujian dan fitnah yang sangat berat.  Sebagaimana semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa, begitu pula kekuasaaan.  Kekuasaan juga bisa menjadi bumerang yang akan menghancurkan pemegangnya sebagainya telah dibuktikan dalam rentang sejarah yang amat panjang.  Bahkan, bukan tidak mungkin kekuasaan itu adalah caraNya menghinakan dan menghancurkan para penguasa zalim seperti Firaun, Namrudz dan banyak tiran lainnya.

Bapak-bapak sekalian, kota Jakarta ini telah lama menjelma menjadi SODOM DAN GOMORAH modern yang dipenuhi dengan dosa, maksiat, dendam dan kejahatan.  Bangunan-bangunannya seperti MENARA BABEL yang angkuh menentang kekuasaan Tuhan.  Dalam bangunan-bangunan itu, segala macam kejahatan seperti perzinaan, korupsi, manipulasi dan sebagainya terjadi.  Tuhan hanya disembah sebentar di ruang-ruang tertentu nan suci sementara setelah itu dihina, dilecehkan dan dicampakkan ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.  Banyak diantara bangunan-bangunan megaproyek itu hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya berharta melimpah.  Entah halal entah haram yang penting mereka mampu dan mau membayar segala fasilitas tersebut.  Sedangkan untuk mereka yang miskin dan lemah ekonomi, silakan hanya memandang penuh rasa iri dan dengki pada mereka yang bisa menikmati surga dunia fana seperti itu.   

Apakah Bapak-Bapak sekalian mengetahui bahwa korupsi dan manipulasi telah menjadi penyakit kronis yang menjangkiti seluruh lapisan masyarakat.  Budaya merusak itu bukan hanya di kalangan pejabat saja namun juga sudah dilakukan para office boy dan orang-orang suruhan.  Mereka seringkali meminta para operator fotocopy, rental komputer atau warnet untuk membuatkan bon kosong agar dapat diisi sendiri jumlahnya sesuai dengan keinginan.  Lumayan untuk membeli rokok, cemilan atau minuman ringan tanpa harus mengurangi gaji atau uang makan.  Mereka sama sekali tidak peduli jika kantor atau tempat mereka bekerja harus menanggung beban keuangan yang lebih berat daripada yang seharusnya.  Mereka juga tidak peduli apabila si operator yang terpaksa membuat bon kosong itu tertekan batinnya dan tersiksa hati nuraninya oleh perasaan bersalah yang sangat dalam.  Entah karena goisme dan ketamakan sudah mengusai jiwa mereka atau karena memang sudah apatis dengan kehidupan yang serba sulit ini. 


Pemalsuan dokumen pun sudah tidak terhitung lagi banyaknya.  Sertifikat yang seharusnya menjadi bukti bahwa seseorang itu kompeten dalam melakukan suatu pekerjaan ternyata bisa dipalsukan.  Di warnet atau rental yang menyediakan jasa pengetikan, banyak orang meminta untuk dibuatkan sertifikat-sertifikat palsu seperti itu.  Mereka sangat berambisi mendapatkan dokumen-dokumen palsu seperti itu demi mendapatkan pekerjaan.  Entah karena mereka memang terpaksa karena harus bertahan hidup atau memang tergiur akan besarnya penghasilan yang bisa didapat dari pekerjaan tersebut.  Mereka lupa bahwa sertifikat itu hanyalah selembar kertas tak berguna apabila orang yang namanya tercantum di kertas itu memang tidak kompeten sama sekali.  Tidak mengherankan apabila jalan-jalan banyak yang rusak, jembatan banyak yang ambruk dan entah berapa banyak lagi kerusakan dan kehancuran yang telah, sedang dan akan terjadi.  Slip gaji palsu pun dengan mudah bisa dibuat agar si pembuat bisa mengambil kredit motor atau barang-barang yang lain.  Perkara nanti yang mengambil kredit terpaksa berurusan dengan debt kolektor atau ngemplang sekalian, itu bisa diatur belakangan.  Ini bisa diatur, itu urusan belakang memang ciri khas bangsa Indonesia yang lucu namun tidak lucu ini.  Padahal yang katanya bisa diatur belakangan itu sama sekali tidak sederhana, bahkan bisa jadi sangat rumit dan mengerikan.  Sangat amat mengerikan.   

Tulisan ini hanyalah sedikit gambaran dari manusia-manusia yang akan Bapak-Bapak sekalian pimpin, bimbing dan ayomi.  Sungguh tidak sulit untuk meraup suara dari orang-orang seperti itu.  Asal ada cukup dana, kaos dan merchandise untuk dibagi-bagi, serta para korlap yang terampil mengendalikan massa, hal itu sudah cukup.  Tebarkan saja pesona dan sensasi serta  janji-janji manis setinggi langit seluas bumi.  Biarkan mereka mabuk kesenangan saat pesta demokrasi berlangsung serta menikmati uang lelah atas kesediaan mereka memeriahkan kampanye yang Bapak-Bapak selenggarakan.  Dan, suara pun akan mengalir memenuhi pundi-pundi politik Bapak-Bapak sekalian sehingga muluslah jalan menuju tahta dan kekuasaan.  Itulah mekanisme demokrasi di negeri yang rakyatnya sama sekali tidak siap untuk berdemokrasi.   Masalah dan perjuangan sebenarnya baru dimulai saat ada diantara Bapak-Bapak yang sudah berhasil meraih kekuasaan.  Janji-janji surgawi yang telah ditebarkan tentu harus dipenuhi, meskipun para pemilih yang pendek ingatan serta mudah dikelabui mungkin sudah tidak ingat lagi. 

Surat ini adalah ungkapan keprihatinan seorang rakyat kecil yang mengalami sendiri penderitaan batin akibat kecurangan dan korupsi yang terjadi persis di depan mata kepalanya.  Surat ini bukan untuk mengajak pembacanya untuk "Golput" atau tidak menjatuhkan pilihan pada para kandidat tersebut.  Namun, juga bukan untuk mendukung salah satu calon.  Tidak lebih hanya untuk renungan dan interospeksi, baik untuk penulisnya sendiri atau siapapun yang membaca. 

Semoga bermanfaat, mohon maaf untuk yang tidak atau kurang berkenan.

Senin, 02 Januari 2012

[Renungan] Tangan

Malam malam nyimak tweet-nya Ust Yusuf Mansur, kaget juga baca kontent tweet-tweet tersebut.  Gak nyangka bakal nemu yang beginian (note: kebawa sama ustadz Yusuf Mansur, jadi pakai gaya bahasa kaya begini deh)

Intinya sih, ada orang yang tangannya senantiasa dipakai untuk kebaikan, ngasih sedekah, membelai rambut anak yatim.  Kalaupun memegagn, yang dipegang harta yang halal, kalaupun membelai yang dibelai istri sendiri yang emang udah sah dan halal baginya.  Gak pernah tuh tangan dipakai untuk yang haram dan maksiat serta dosa.  Eh, ternyata masih aja tuh tangan bisa terkilir bahkan sampai ada yang bahunya sampai patah.  Ada juga yang semalaman gak bisa tidur saking sakitnya. 

Nah, kata ustadz Yusuf Mansur lebih lanjut, (nih pake bahasa sendiri ya, intinya sih kurang lebih sama)

  • bagaimana dengan tangan yang suka tanda tangan surat atau kwitansi palsu?
  • bagaimana dengan tangan yang suka ketok palu, padahal kasusnya memenangkan yang salah?
  • bagaimana dengan tangan yang suka main gaple, banting kartu, kocok dadu bahkan yang sampai benar2 berjudi?
  • bagaimana dengan tangan yang suka nyopet, megang pisau untuk nodong dan kejahatan sejenis lainnya?
  • bagaimana dengan tangan yang suka megang atau membelai yang tidak halal baginya, kekasih gelap, selingkuhan, dan sejenisnya, eh sama pasangan yang sah malah suka main pukul, main tabok, main gampar, main tempeleng sembarangan?
  • bagaimana dengan tangan yang suka nunjuk-nunjuk sambil disertai kata-kata kasar nan nyakitin, mentang-mentang sama bawahan?
  • bagaimana dengan tangan yang suka nyekek botol minuman keras, baik yang lokal, impor atau oplosan? baik yang merek bir, vodka, topi miring, cap tikus dan entah apa lagi merek dan namanya.
  • bagaimana dengan tangan yang suka nyuntikin narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya?
  • bagaimana dengan tangan yang entah ngapain lagi, ngeri deh bayanginnya
Padahal sering kali orang-orang kaya gini belum sepenuhnya kena adzab di dunia, kalaupun kena masuk penjara malah ketagihan gak kapok-kapok.  Bahkan udah jadi rahasia umum, penjara malah jadi semacam "training center" buat para penjahat pemula.  Mereka malah bergaul dengan para bromocorah, residivis dan yang lebih pengalaman dalam dunia kejahatan.  Sehingga, keluar dari penjara banyak yang malah jadi penjahat kambuhan.  Kalau udah gini, untuk membalas kezaliman tangan tangan tadi, terpaksa diselesaikan di alam sesudah alam dunia, yaitu di dalam kubur dan di akhirat. Siksaannya kayak apa, entahlah.  Yang pasti sih bakal mengerikan dan seimbang dengan kejahatan dan kezaliman mereka di dunia ini. 

Nauzubillah min dzalik kalau sampai kita kena yang kaya gitu, baik di dunia apalagi di akhirat

Semoga bermanfaat,

Selasa, 08 November 2011

[Reportase] Mabit bersama sesepuh TDA

Suatu ketika, awal Oktober saya ikutan Mabit di Masjid Agung Sunda Kelapa.  Pengisinya H. Nuzli Arismal, penasihat komunitas Tangan Di Atas atau TDA, yang biasa dipanggil Haji Alay, ustadz Agus dan ustadz Ibnu Jarir Lc.

Haji Alay mengatakan bahwa orang beriman wajib untuk jadi orang kaya karena bukankah rukun Islam yang lima itu perlu biaya/uang? Namun, sebelum menjadi kaya, seorang harus menjadi orang yang bertaqwa terlebih dahulu.  Taqwa dapat didefinisikan sebagai mejaga hak-hak Allah SWT atas diri kita.  Lebih dari sekedar menghindari dosa, taqwa adalah kehati-hatian seakan akan kita melewati jalan penuh onak duri.  Sehingga kekayaan yang dimiliki akan menjadi rahmat dan kebahagiaan bagi sebanyak mungkin manusia.  Sesuai dengan motto Komunitas Tangan Di Atas "Bersama Menebar Rahmat". Pak Haji pun mengatakan bahwa yang ada di dunia ini hanya dua jenis manusia, hamba Allah SWT dan hamba Taghut, yang lain tidak ada. 

Haji Alay pun menceritakan pengalaman beliau "membedah" mall-mall yang sudah rusak dan tak dipakai lagi di berbagai daerah  Sebuah Mall yang sudah tidak terpakai lagi dan berbagai bagian bangunannya rusak diisi oleh para pedagang kaki lima.  Stelah sekitar 6 bulan gratis jualan di sana, maka para pedagang itupun dimotivasi dan dibina agar bisa memiliki kios sendiri di sana.  Beliau juga menceritakan tentang pembebasan tanah yang dipenuhi preman dan gelandangan.  Tanah itu pun meningkat nilainya berkali lipat.  Beliau pun menambahkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat kurang, hanya sekitar 0.8 persen dari seluruh penduduknya.   Padahal, agar sebuah negara bisa sejahtera, idealnya persentase pengusaha sekitar 7 persen dari para penduduknya. 

Sebagai tambahan motivasi dan bukti kehebatan orang yang bertaqwa, Pak Haji pun menceritakan kisah Muhammad Al Fatih.  Sejak umur 11 tahun, Muhammad Al Fatih telah memiliki cita-cita untuk menaklukkan benteng Romawi.  Al Fatih pun mempersiapkan apa saja yang diperlukan secara diam-diam.  Beliau berhasil membuat para intel Romawi agar percaya bahwa Romawi tidak akan runtuh sebelum ada kapal berlayar turun dari atas gunung.  

Saat itu kekuasaan tertinggi ada di tangan majelis Syuro.  Suatu saat, diadakan pemilihan panglima perang untuk menaklukkan benteng Romawi.  Majelis Syuro pun bertanya, siapa yang sejak akil baligh belum pernah meninggalkan shalat wajib 5 waktu secara berjamaah? Sedikit yang duduk, sebagian besar masih berdiri. Saat ditanya yang tidak pernah meninggalkan sholat Rawatib dan Duha sejak akil baligh hingga hari ini, makin banyak yang duduk namun lebih banyak yang berdiri.  Saat ditanya siapa yang tidak pernah meninggalkan sholat tahajud sejak akil baligh hingga hari itu, tinggal sedikit yang berdiri.  Saat ditanya siapa yang tidak pernah meninggalkan puasa sunnah Senin - Kamis sejak akil baligh hingga hari itu, hanya satu orang yang tetap berdiri yaitu Muhammad Al Fatih.  Meskipun ada yang keberatan dan menganggap keputusan Majelis Syuro tidak rasional, namun Al Fatih tetap terpilih sebagai panglima perang. Al Fatih pun mengeluarkan segala persiapan yang telah beliau persiapkan untuk peperangan yang menetukan itu.  Termasuk kapal-kapal yang beliau sembunyikan di atas gunung.  Sehingga orang-orang Romawi berpikir mereka akan mengalami keruntuhan. 

Saat tanya jawab berlangsung, seorang penanya menanyakan sikap yang harus diambil bisa dalam berbisnis harus berhadapan dengan orang-orang yang zalim atau kurang beriman/bertaqwa.  Haji Alay pun mengatakan bahwa dalam berbisnis kita memang bisa berhadapan dengan mereka.  Namun yang penting hal-hal yang prinsipil tetap harus dijaga.  Keberadaan orang-orang bertaqwa adalah untuk menebar rahmat bukan untuk menyebarkan teror dan kebencian. 

Tidak hanya berceramah, Pak Haji pun mendemonstrasikan tes energi tubuh.  Seorang jamaah diminta maju dan merentangkan tangannya. Saat ditekan dengan kuat, lengan sang jamaah masih bisa menahan.  Namun, saat diminta minum sambil berdiri pakai tangan kiri tanpa baca basmalah, tangan yang terentang itu tak kuat lagi menahan beban. Seorang jamaah lain yang mengenakan peci haji warna putih juga dipersilakan maju.  Sang Jamaah pun diminta merentangkan tangan dan tangan itu pun ditekan.  Tangan sang jamaah bisa menahan tekanan dengan kuat dan baik.  Namun, sesudah diminta melemparkan dan menghina peci putih yang dikenakannya, tangan itu pun tak kuat menahan beban.  Demikian pula saat subjek tes memegang obat kimia atau makanan dengan bahan pengawat yang dipinjam dari para jamaah, tangan subjek tak kuat menahan tekanan.  Tes energi dengan menekan rentangan tangan, menurut pak Haji, bisa diaplikasikan dalam banyak hal.  Pak Haji juga bilang bahwa duduk bersila tidak baik untuk kesehatan dan merupakan warisan propaganda belanda agar laki2 di Indonesia pada cepat mati.  Maka, tidak mengherankan, menurut pak Haji, jika banyak jamaah jumat yang tidur karena cara duduknya salah.  Duduk yang benar dan sesuai untuk kesehatan adalah duduk simpuh seperti duduknya orang Jepang.  Duduk seperti itu ada juga dalam gerakan sholat kaum muslimin.

Haji Alay pun mempersilakan apabila diantara jamaah yang ingin bersilaturahim dan belajar lebih jauh dengan beliau, termasuk jika ingin belajar/magang bisnis atau mempelajari terapi pengobatan/penyembuhan seperti pijat getar syaraf atau terapi dengan lintah.  "Selama pak Haji masih hidup dan masih mampu silakan" demikian kata beliau.  Sehingga, walaupun ceramah sudah selesai dan sudah masuk waktu coffee break, pak Haji masih dikerumuni jamaah yang ingin bertanya banyak hal pada beliau. Termasuk ada yang minta didemokan pijat getar syaraf yang rasanya sangat menyakitkan namun baik untuk kesehatan dan peredaran darah. 

Sesi selanjutnya diisi ustadz Agus dan Ustadz Ibnu Jarir Lc.  Orang yang dikehendaki oleh Allah SWT mendapat petunjuk akan dibukakan dadanya lebar-lebar untuk menerima Al Quran.  Ustadz Agus menargetkan hafal 5 Juz Al Quran setiap bulan Ramadhan.  Beliau telah berhasil menghafal sekitar 20 juz Al Quran. 

Ustadz Ibnu Jarir mencerictakan tentang seorang orientalis terkemuka yang telah emlakukan penelitian tentang Islam terutama sejarah Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.  Suatu ketika,  diadakan acara debat antar agama.  Kaum muslimin, karena narasumbernya berhalangan, malah diwakili oleh si orientalis.  Saat pembicara dari wakil agama lawan menghina dan mencaci maki Rasul SAW, sang orientalis pun membeberkan data-data yang dikumpulkannya selama 23 tahun.  Sesudah debat tersebut, sang orientalis makin tertarik pada Islam sehingga beliau pun memeluk Islam.  Betapa saat petunjuk hidayah itu datang, tidak ada satupun yang bisa mencegahnya,  Maha Suci Allah SWT. 

Acara mabit hari pertama pun ditutup dengan muhasabah yang dipimpin oleh Ustadz Ibnu Jarir Lc.  Saat itu, Ustadz Ibnu Jarir Lc mengingatkan jamaah, siapa saja yang masih belum merasa terbuka hatinya untuk menerima Al Quran agar istighfar.  Siapa saja yang masih enggan mempelajari, membaca dan menghafalkan Al Quran agar istighfar.  Sehingga, timbul kesadaran agar tidak lagi menyia-nyiakan amanah Al Quran tersebut.  Setelah itu, acara pun ditutup dan jamaah dipersilakan beristirahat untuk ibadah qiyamulail keesokan harinya.